ANTARA AKU, KAU DAN JURUS DUKUNKU
Aku ingin menulis, tapi sedari tadi aku hanya memandangi layar monitor laptopku yang memang sejak setengah jam yang lalu belum satu huruf pun muncul. Masih kupikirkan tentang apa yang mau kutulis. Enaknnya menulis tentang peringatan dan perayaan Milad SMAN 2 Bandar kemarin tapi kok tidak dapat mood ya? Apa karena sudah buat banyak film tentang kegiatan itu ya ? jadi sudah bosan mau menuliskannya. Tapi aku mau nulis. Mungkin karena laptop yang kupakai ini barang baru, stok lama ya? yang tuts keyboard kata q nya sudah hilang. Oh ya, coba menulis cerpen, tapi aku bukan pemerhati kejadian yang baik hingga ke detil-detinya. Sehingga nanti ceritanya mengambang tidak karuan. Atau kucoba menulis tentang ujian try out digital hari pertama yang sedari pagi sampai sore dihadapi oleh anak-anak kelas 12.
Sepertinya hal tryout ini enak untuk ditulis, khususnya mata pelajaran kedua yaitu matematika. Matematika dulu kuplesetkan menjadi "mati-matian" karena dulu aku seperti mau mati mempelajarinya, sudah sesak napaspun tidak pandai-pandai. Kalau pandai pun cuma sebentar saja. sudah itu, bodoh lagi. Nah kan sudah mulai mengalir kata demi katanya, kalimat demi kalimatnya. Aku mau nulis apa adanya dan dari cara-cara yang paling bodoh, cara yang paling standar, tidak usah neko-neko. Masa bodoh yang penting, tulisanku nanti bisa 3 halaman folio, hehehe... Sukur-sukur ada penerbit lewat sehingga mau diterbitkannya tulisan pandirku ini. Mimpi kali...
Kembali ke try out MM tadi. Sepertinya ada yang aneh ya? tapi ketahuannya belakangan, nanti akan kuceritakan apa yang aneh. banyak siswa yang tampak kebingungan menjawab soal-soal matematika yang berjumlah 35 soal itu. Aku jadi teringat tentang jurus-jurus sewaktu dulu sering kuasah ketika baru tamat SMA. Yaitu, menebak. Ya, menebak jawaban ketika aku sudah tidak tahu rumusnya, cara menghitungnya, dan tidak tahu tahu mau menjawab apa. Pokoknya bleng, heng. Dulu aku pintar menebak, buktinya dengan menebak aku bisa lulus ke USU.( sorry ya USU... bukan merendahkan anda). Tapi aku bisa lulus ke USU dengan modal banyak menebak. Mungkin pada saat itu tebakanku banyak yang benar.
Pada saat akan tes UMPTN tahun 1986 dahulu, aku memang banyak menghabiskan waktu belajar membahas soal-soal sendirian seperti orang bertapa, hanya aku dan soal-soal UMPTN. Dari situ kuamati ternyata dari lima option jawaban yang ditawarkan ada kecenderungan pola-pola bahwa penulis soal sebenarnya memberikan informasi mengarahkan aku suatu jawaban jika ditebak hasilnya benar. Waktu sudah jadi guru, aku baru tahu ternyata namanya pengecoh. Tapi menurutku itu bukan pengecoh tapi petunjuk untuk mengarahkan menebak ke jawaban yang paling benar. Bagi yang buat soal, pengecoh tapi bagiku petunjuk. Petunjuk saudara-saudara... hehehe.
Sudah jam 11 malam, apa kuhentikan saja tulisanku ini ya? Tidak usah la. Kalau dilanjutkan besok-besok pasti aku akan kehilangan keindahan tulisanku, Cie...cie.
Tadi inginnya nulis beberapa kalimat saja tidak tahunya, e , malah keterusan. Ide mengalir ketika terpaksa dan menjadi wajib. Sedikit lagi aja yang kutulis, karena pembaca belum tahu kearah mana tulisan galau ini. Kasihan pembaca setiaku nantinya.. hahaha.
Jadi para readers sekalian (keren nih). Prinsip menebakku dulu ketika sudah bleng adalah, tidak usah dibaca soalnya dan hanya option-optionnya dari a sampai dengan e yang diamati. Amati dengan teliti, bila perlu ditulis untuk mengingatkan. Kemudian selidiki pola-pola jawaban, kata-kata atau kalimat yang paling sering muncul dan berulang-ulang di banyak option jawaban. Disitulah kuncinya, karena menurutku jawaban yang benar adalah terletak pada seringnya muncul dan mengandung kemiripan. Walaupun aku tidak mengetahui pada saat UMPTN apakah jawaban yang kutebak dari logika dan feelingku itu sesungguhnya benar atau salah. Yang jelas aku sudah berusaha walaupun berusaha dengan cara yang salah.
Aku ingin mengetes saktinya ilmuku. 35 soal semua kujawab dengan menebak tanpa memperdulikan soal. Aku hanya fokus menganalisis kesamaan dan perbedaan kelima option jawaban. Setelah selesai menebak-nebak jawaban aku yakin jawabanku banyak yang benar. Aku yakin poinku pasti tinggi melebihi poin siswa-siswaku yang tertinggi hanya 47,5. Besok akan kukatakan kepada anak-anakku bahwa akulah yang meraih nilai tertinggi pada tryout matematika kemarin bukan salah satu dari mereka. Pasti, mereka akan kagum padaku... dan tanpa paksaan akan rela menjadi pengikut-pengitku yang setia.
Tidak sampai 30 menit kuselesaikan 35 soal hasil tebakanku. Dengan yakinnya aku mengirim jawaban. Aku juga tidak perlu melihat-lihat atau mereview jawaban-jawabanku karena aku yakin.... Dan...... Ups... pointku, mau tahu point tebakanku yang hebat di masa dulu, yaitu... 20, benar 6 dari 35 soal. Aku jadi malu sendiri karena tadi memaksa proktorku dan menyombongkan ilmu dukunku kepadanya. Dia hanya tersenyum kecut... kecut sekali. Tapi lebih kecut nyali dan kesombonganku.
Ternyata hasil tebakanku sangat jauh dari harapanku. Apa jurus-jurus mautku dulu tidak mempan lagi pada zaman now ya? apa si pembuat soal tahu akal-akalanku ya? Apa si pembuat soal tidak mengerti cara membuat option jawaban yang mengecoh tapi akhirnya dapat menggiringku menjadi panduan ke jawaban yang benar ya? Apa teoriku sudah benar tapi daya analisisku sudah berkurang seiring makin tuanya diriku ya? Apa yang si pembuat soal tidak mengetahui teori-teori membuat soal yang baik ya?
Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di hatiku. Sayup-sayup kudengar sang proktor berkata " Tidak bisa ditebak jawabannya pak ? sepertinya harus dihitung dengan benar" Aku hanya melongo mendengar jawabannya.
Hari ini di lubuk hatiku aku mengaku, aku kalah, kalah besar!!! Pengalaman ini membuatku kerdil dan kucil. Aku hanya dapat menghibur diri dengan kalimat sugesti yang kutujukan kepada diriku sendiri bahwa aku lulus di USU dulu bukan karena hasil tebakanku yang selalu kubanggakan tetapi disebabkan upayaku dalam belajar mandiri tanpa mengenal lelah mempelajari soal-soal UMPTN. Kerjakan soalnya sendiri dulu... kalau nyangkut buka pembahasan jawabannya. Nyangkut lagi.. pelajari pembahasannya kembali. Setelah selesai coba mengulangi lagi tanpa melihat jawabanya dari pertama, jika bleng jalannya buka lagi pembahasannya. Begitu seterusnya. Kalau sudah kuselesaikan soal yang tadi tanpa nyangkut jawabannya. kucari soal yang lain yang sejenis pada tahun yang berbeda. Kucoba sendiri tanpa disuruh, jika buntu jalan yang kucari, kupelajari pembahasannya lagi. Kuhapal rumusnya. Sampai aku mengerti tentang jenis soal-soal tentang materi itu. Jika sudah clear. Kucari materi lainnya yang kuanggap bakal keluar nantinya.
Satu lagi yang dapat menghibur rasa galauku tadi yaitu "soal Matematika tadi kenapa bersumber dari satu, dua atau tiga materi dari keseluruhan materi SMA Matematika. Kalau soal tryout apalagi tujuanya adalah pemetaan kompetensi siswa dan guru, kenapa hanya beberapa materi saja, tidak seperti soal Ujian Nasional yang meliputi seluruh materi dari kelas X hingga kelas XII. Kalau ruang lingkup materi hanya sedikit, apa bisa dipetakan? Karena kemampuan per materi dalam mata pelajaran tertentu siswa akan berbeda-beda. Contohnya kompeten di statistik tapi tidak kompeten di matriks, kompeten di persamaan kuadrat tapi tidak kompeten di bangun ruang dan sebagainya. Jadi pertanyaan yang menghiburku yang kutujukan kepada pihak terkait. Ini serius pemetaan atau tidak? yang buat soal matematika ini siapa? guru atau bukan ?
Tapi, yang jelas adalah tebakanku sekarang tidak dapat ... DIPETAKAN !!!
hehehe...
Pondok Baru, 17 Desember 2018
Almin Sutoyo
Komentar
Posting Komentar